Sejarah Rangkasbitung
foto: haraduta

Sejarah Rangkasbitung

(Sumber Foto : Wikipedia)

Sejarah dari Rangkasbitung berada didalam literatur internasional, hal ini disebabkan oleh seseorang residen yang memiliki nama Eduard Douwes Dekker dalam menulis sebuah bukunya yang memiliki judul Max Havelaar. Disaat menerbitkan Max Havelaar dia menggunakan nama inisial Maltatuli. Asal nama ini dari bahasa Latin dan memiliki arti "Aku sudah banyak menderita" atau "Aku sudah menderita cukup banyak". Dari kata "aku" mengarah pada Eduard Douwes Dekker itu sendiri atau masyarakat yang terjajah. Nama Maltatuli juga menjadi nama sebuah jalan protokoler didekat alun - alun Rangkasbitung.

Rangkasbitung pada awalnya adalah merupakan sebuah hutan bambu dan kemudian sekitar pada tahun 1849 oleh Patih Jahar atau Patih Lebak yang mendapatkan mandat dari Bupati Lebaj yaitu Raden Tumenggung Adipati Karta Natanegara. Mandat tersebut yaitu untuk menemukan lokasi dimana ibu kota Kabupaten Lebak yang baru. Dan kemudian setelah dari hutan bambu itu terbuka sekitar tahun 1850 mulailah didirikan fasilitas pusat pemerintahan seperti Masjid Agung, Kantor Bupati sekaligus dijadikan Rumah Bupati, pendopo dan alun - alun. Dan pada tahun 1851 pusat atau ibu kota pemerintahan Kabupaten Lebak di relokasi dari Warunggunung ke Rangkasbitung yang telah jadi dan diresmikan pada 31 Maret 1851.